Selasa, 18 Juli 2017

Pupuk Sawit Yang Bagus Untuk Buah

Pupuk Sawit Yang Bagus Untuk Buah yang kami rekomendasikan dan sudah banyak dipakai oleh para pekebun sawit di Indonesia adalah pupuk organik Power Nutrition.
Pupuk Sawit Power Nutrition ini dibuat dari bahan bahan pilihan dan berkualitas tinggi dengan pengolahan pupuk dengan proses teknologi gradasi dan degradasi unsur melalui proses piruvatisasi tingkat 3 sehingga menjadikan Power Nutrition ini satu satunya pupuk sawit khusus buah yang paling bagus dengan dosis yang sangat sangat hemat.
Untuk tanaman yang menghasilkan dengan lahan yang normal hanya dibutuhkan pupuk minimal 6kg per hektar. Sekali lagi saya katakan cuma 6kg per hektar. Sangat hemat bukan...?
Bandingkan jika anda menggunakan pupuk organik granule biasa yang membutuhkan rata rata 800-1000kg per hektar.
Hitunglah harga pupuk granule biasa+ongkos angkut+biaya pemupukan,dll maka kalau kita hitung akan sangat hemat dengan menggunakan pupuk Power Nutrition.

pupuk sawit yang bagus untuk buah


Kami juga ada "pupuk granule premium" yang hanya membutuhkan perhektarnya cuma 50kg. Sangat sangat irit dari segi biaya angkut dan pemupukannya.

JIka anda menginginkan hasil yang maksimal, anda juga bisa menggunakan dosis yang kami sarankan, yaitu dosis 5:1 yaitu 5 Supernasa Granule @10kg dan 1 Power Nutrition 3kg atau dosis 3:1 yaitu 3 Supernasa Granule @10kg dan 1 Power Nutrition 3kg.

Dosis diatas bisa meningkatkan hasil kebun sawit anda rata rata 30% sampai 100% bahkan bisa lebih.

Jenis Pupuk Untuk Kelapa Sawit Yang Baik dan Berkualitas Yang Harus Anda Tahu

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak yang cukup populer dan berkembang pesat. Budidaya kelapa sawit bisa menjanjikan keuntungan besar apabila dibudidayakan dengan cara yang baik dan benar. Karena didalam menanam dan membudidayakan kelapa sawit, diperlukan beberapa metode atau cara agar tanaman sawit dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Salah satunya adalah memilih jenis pupuk kelapa sawit yang baik dan benar. 

Memilih dan menentukan apa pupuk yang baik untuk buah kelapa sawit harus benar-benar dilakukan dengan tepat, agar hasil buah sawit menjadi meningkat. Jika tanaman sawit dapat tumbuh dengan baik, maka harapan untuk mendapatkan hasil budidaya kelapa sawit akan semakin dekat pada kesuksesan. Namun meskipun anda sudah dapat menanam sawit dengan baik, dan tanaman kelapa sawit yang anda budidayakan dapat tumbuh dengan baik, itu bukan berarti menjanjukan hasil buah sawit yang baik pula. Karena tidak semua tanaman sawit yang subur bisa menghasilkan buah yang unggul. Semua itu juga bergantung pada pemilihan bibit kelapa sawit.

Dalam menentukan bibit kelapa sawit yang akan ditanamkan, juga membutuhkan keahlian dan ketelitian. Karena jika tidak teliti dalam memilih bibit kelapa sawit yang baik, maka dapat dipastikan tanaman sawit yang anda tanam tidak akan berbuah maksimal. Untuk menambah wawasan anda tentang bagaimana cara memilih bibit kelapa sawit yang baik dan benar, silahkan baca pada postingan dibawah ini.

Setelah anda berhasil menanam kelapa sawit dengan cara yang baik, maka bagaimana cara anda dalam memaksimalkan hasil buah kelapa sawit? 

Apakah anda puas dengan hasil panen kelapa sawit anda selama ini? 
Atau jangan-jangan justru anda sangat kecewa kenapa kelapa sawit tidak dapat berbuah maksimal.

Apa sebenarnya Penyebab Kelapa sawit Tidak Dapat Berbuah dan bagaimana solusi agar kelapa sawit dapat berbuah maksimal. 
Jika anda selama ini bertanya hal itu, maka tepat sekali anda berada disini. Perlu anda ketahui bahwa salah satu penyebab kenapa kelapa sawit tidak berbuah maksimal adalah karena masalah pemupukan yang salah. Atau bisa juga karena sawit anda tidak pernah dipupuk. Jadi untuk mendapatkan hasil panen budidaya kelapa sawit dengan buah berkualitas, selain terletak pada pemilihan jenis bibit kelapa sawit, juga terdapat pada pupuk kelapa sawit. Lantas apa pupuk untuk kelapa sawit yang bagus dan berkualitas? 

Untuk masalah itu mari simak penjelasannya berikut ini.

Jenis Pupuk Untuk Kelapa Sawit Yang Baik dan Berkualitas
Tanaman kelapa sawit adalah salah satu tanaman yang sangat baik dan cocok dibudidayakan pada daerah yang memiliki curah hujan antara 2.000-4.000 mm/tahun. Selain itu memiliki tingkat keasaman tanah antara 4,0-6,0. Jadi untuk mendapatkan hasil buah kelapa sawit yang maksimal, maka sangat dibutuhkan jenis pupuk yang bagus dan cocok untuk meningkatkan hasil buah sawit yang berkualitas. Pemilihan jenis pupuk yang bagus untuk tanaman sawit memang menjadi penentu hasil budidaya kelapa sawit. 


Adapun cara memilih pupuk untuk kelapa sawit yang baik dan benar adalah sebagai berikut.

1. Jika Menggunakan Pupuk Organik

Apabila anda memilih jenis pupuk untuk kelapa sawit adalah jenis pupuk organik, maka pilihlah pupuk organik yang benar-benar berkualitas. Sebagai contoh pupuk kelapa sawit organik yang bagus adalah Pupuk Bioboost. Keunggulan pupuk bioboost ini mampu meningkatkan hasil panen kelapa sawit maupun tanaman lainnya dua kali lipat. Selain itu pupuk bioboost ini juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.


2. Jika Menggunakan Pupuk Anorganik
Jika anda memilih jenis pupuk untuk meningkatkan hasil buah kelapa sawit adalah jenis pupuk anorganik, maka diperlukan juga pemahan tentang kandungan pupuk tersebut. Pupuk anorganik yang bagus dan bisa anda gunakan untuk sawit anda adalah pupuk tunggal dengan kandungan unsur hara yang bagus serta mudah terurai. Jenis pupuk anorganik untuk kelapa sawit ini bermacam-macam, seperti pupuk Urea, KCL, Borax,SP-36, dan lain-lain. Lebih jelasnya bagaimana takaran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit yang masih berumur 0 sampai 3 tahun atau tanaman sawit yang belum menghasilkan buah bisa anda lihat dibawha ini.

  1. Untuk pupuk Urea : menggunakan dosis atau takaran sekitar 0,04-0,6 yang diberikan sebanyak 2 kali penggunaan.
  2. Untuk pupuk KCl : menggunakan dosis atau takaran sekitar 0,2-0,5 yang diberikan sebanyak dua kali aplikasi atau penggunaan.
  3. Untuk borax : bisa menggunakan takaran 0,02-0,05 dan dapat diberikan sebanyak dua kali penggunaan. 
  4. Untuk pupuk SP-36 : menggunakan takaran sekitar  0,25-0,30, dan bisa diaplikasikan sebanyak satu kali.
3. Menggabungkan Pupuk Organik dengan Pupuk Anorganik
Jika anda ingin menggabungkan pupuk organik dengan pupuk anorgaik, anda bisa menggunakan pupuk organik dari PT. Natural Nusantara. Anda bisa padukan dengan pupuk kimia dan hasilnya akan sangat luar biasa. Untuk takarannya anda bisa gunakan dalam 1 hektar lahan kelapa sawit, yang biasanya anda gunakan 8 karung pupuk kimia, anda bisa kurangi menjadi 4 karung dan tambahkan pupuk Supernasa atau Power Nutrition. Disamping anda mengurangi jumlah pengeluaran, anda justru meningkatkan hasil buah kelapa sawit.

Jadi kesimpulannya adalah untuk meningkatkan hasil budidaya kelapa sawit, diperlukan pemilihan jenis pupuk yang benar-benar berkualitas. Jangan salah dalam memilih jenis pupuk jika tidak mau anda gagal dalam budidaya kelapa sawit. Semoga bermanfaat.


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal karena Jamur Genoderma pada Kelapa Sawit

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal karena Jamur Genoderma pada Kelapa Sawit
PENYAKIT BUSUK PANGKAL (disebabkan Jamur GENODERMA)
Ganoderma boninense adalah kelompok cendawan busuk putih (white rot fungi), cendawan ini bersifat lignolitik (Susanto 2002; Paterson 2007). Oleh sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam mendegradasi lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Cendawan G. boninense memperoleh energi utama dari selulosa, setelah lignin berhasil didegradasi, selain itu karbohidrat seperti zat pati dan pektin, diperoleh meskipun dalam jumlah kecil (Paterson 2007).

Pada tanaman yang terserang, belum tentu ditemukan tubuh buah Ganoderma boninense pada bagian pangkal batang, namun kita dapat pengidentifikasi serangan lewat daun tombak yang tidak terbuka sebanyak ± 3 daun. Basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna putih, dengan pertumbuhan yang cepat hingga membentuk basidiokarp dewasa yang memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang variatif. Umumnya basidiokarp berkembang sedikit di atas dan mengelilingi bagian pangkal batang yang sakit. Ukuran basidiokarp yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit semakin lanjut dan akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman (Ariffin et al. 2000).

Pada tanaman muda gejala eksternal ditandai dengan menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang diikuti klorotik. Daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Selain itu tanaman yang terserang juga kelihatan lebih pucat dari tanaman lain yang ada disekitarnya (Ariffin et al. 2000; Sinaga et al. 2003; Yanti & Susanto 2004), pertumbuhannya terhambat dan memiliki daun pedang (spear leaves) yang tidak membuka. Gejala pada tingkat serangan lanjut adalah selain adanya daun tombak yang tidak terbuka yaitu adanya nekrosis pada daun tua dimulai dari bagian bawah. Daun-daun tua yang mengalami nekrosis selanjutnya patah dan tetap menggantung pada pohon. Pada akhirnya tanaman akan mati dan tumbang. Gejala yang tampak pada daun menandakan bahwa penampang pangkal batang telah mengalami pembusukan sebesar 50% atau lebih. Gejala yang khas sebelum tubuh buah terbentuk adalah terjadi pembusukan pada pangkal batang. Pada jaringan batang yang busuk, lesio tampak sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah berwarna gelap berbentuk pita tidak beraturan (Ariffin et al. 2000; Susanto 2002). Serangan lebih lanjut dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit tumbang, karena jaringan kayu pada bagian pangkal batang mengalami pelapukan

a. Gejala

  1. Sebagai gejala luar yang umum, seluruh tajuk menjadi kekuningan dan pucat karena kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran sehingga pengisapannya dari dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan meningkatnya jumlah daun tombak (pupus yang belum terbuka) sampai 2-4 daun didalam pucuk.
  2. Lebih lanjut, daun-daun sebelah bawah tajuk berangsur-angsur merunduk, tapi yang sebelah atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka, sehingga terjadi ruag kosong yang membelah dua tajuk. Daun-daun tua akhirnya mengering dan terkulai menyelimuti ujung batang dari pohon.
  3. Gejala diatas sering disertai dengan munculnya tubuh buah cendawan (carpophore ) pada pangkal batang, namun bisa juga tanpa kemunculannya sama sekali, sedangkan didalam pangkal batang telah membusuk (sabahagian).
  4. Sebaliknya, carpophore tiba-tiba dapat muncul, sedangkan tajuk pohon kelihatan masih segar.
b. Pencegahan Mekanis
  1. Semua pokok sakit/mati/hampir mati harus dibongkar sampai bonggol akarnya. Kecuali TM 
  2. umur > 8 tahun hanya pokok yang mati/hampir mati yang dibongkar.
  3. Norma prestasi pembongkaran : 4 pohon/HB untuk TBM dan 3 pohon/HB untuk TM.
  4. Ada cara-cara pembongkaran pohomyang efisien untuk dapat mencapai minimum norma prestasi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
  5. Korek dan putuskan akar disekitar pohon sampai sedalam 60 cm. Mula-mula dipakai alai tembilang (dodos besar) dan kampak, lalu dengan cangkol akar dan dodos besar sesuai dengan semakin dalamnya lubang arah korekan tegak lurus.
  6. Pengorekan diteruskan terutama dibagian arah akan ditumbangnya pohon yaitu menurut arah barisan tanaman.
  7. Jika ditaksir pohon sudah mulai goyah, pengorekan dihentikan dan anggota team bersama- sama menolak mendorongnya agar tumbang.
  8. Lubang galian bonggol batang harus diperlebar sampai berukuran 120 x 120 x 60 cm baik pada TM maupun TBM.
  9. Pada lubang bongkaran diberi pancang dari pelepah kelapa sawit dengan tulisan bulan & tahun pembongkaran dengan memakai pinsil lilin merah.
  10. Setelah dibongkar, batang harus dipotong 3 ( kecuali batang TBM tak perlu dipotong-potong ) dan diguling untuk dikumpul jadi satu ditengah gawangan.
  11. Semua cabang/pelepah daun dipotong 2 dan dirumpuk rapi diatas batang tersebut, kemudian diatas cabang-cabang ini ditumpukan pula semua sisa-sisa potongan akar hasil bonggol batang, jagan ada bonggol potongan akar yang tertinggal didalam lubang ataupun ditanah.
  12. Tanamlah 2-3 stek tanaman C. caeruleum atau / dan Musuna disekitar dekat lubang untuk menekan pertumbuhan gulma dan pembiakan orycater.
  13. Pusingan pembongkaran 3 bulan sekali (pusingan mati) dan dilaksanakan secara berturut menurut urutan nomer Blok. Hindarkan luka-luka yang tak perlu pada batang yang disebabkan oleh alat kastrasi atau dodos. Sewaktu mendodos atau kastrasi, mata alat harus diusahakan sejajar dengan batang. 
  14. Semua bekas bonggol batang kelapa sawit tua yang dekat tanaman muda harus dikorek sedalam 120 x 120 x 60 cm.
  15. Dilarang memotong cabang daun pasir selagi po hon masih kecil
c. Pencegahan Alami
  1. Drainasi yang baik. Drainasi yang jelek dapat mengganggu penyerapan zat hara dari dalam tanah sehingga melemahkan daya tahan pohon terhadap penyakit terutama Ganoderma, karena itu parit- parit drainasi yang baik harus tetap dipelihara..
  2. Garuk piringan tanaman umur 0 – 1 tahun. Pekerjaan garuk piringan harus jangan sampai melukai perakaran tanaman. Rumput digaruk setipis mungkin, kemudian tanahnya dikembalikan kepangkal pohon guna menutupi akar-akar yang terbuka.
  3. Tanah untuk bibitan. Tanah untuk pengisisan kantong plastik harus diambil dari areal/lokasi yang bebas dari serangan ganoderma, misalnya eks konservasi, perluasan atau setidak-tidaknya dari blok yang bebas Ganoderma (tanah atas yang subur dan gembur).
Pengendalian dengan Produk
Dengan mempergunakan produk myco gold yang mempunyai bahan bahan aktif Endomycorrhizal spores (4 genus)

  1. Aculospora
  2. Gigaspora
  3. Giomus
  4. Scutellospora
Bahan Non Aktif
  1. Sterillzed Sand
  2. Vermiculite
Alikasi di Lapangan
Pada Tingkat Pembibitan/Nursery 

  • Letakkan 30 - 50 gr Mycogold di sekililing akar, pastikan akar bibit bersentuhan dengan mycogold sebelum di tutup dengan tanah
Pemindahan ke kebun/Transplanting 
  • Masukkan 250 - 500 gr Mycogold ke lubang tanam, catatan apabila pada tingkat nursery telah diperlakukan dengan memakai Mycogold, maka pemakaian Mycogold hanya membutuhkan 50 gr pada lubang tanam
Tanaman kurang dari 5 tahun
  • Untuk Tanaman yang ber usia kurang dari 5 tahun pemakaian Mycogold pada kisaran 500 - 1 kg per pohon dengan membuat dua buah lubang di sekililing pohon, dan pastikan akar pohon bersinggungan dengan Mycogold untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Tanaman Lebih dari 5 tahun  
  • Untuk Tanaman yang telah berusia lebih dari 5 tahun aplikasi penggunaan Mycogold antara 1 kg - 2 Kg perpohon dengan tata cara sama dengan aplikasi pada tanaman kurang dari 5 tahun.
Daerah serangan Genoderma 
  • Aplikasi di lapangan dengan memberikan Mycogold 1 kg per pohon dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
Daerah Serangan Genoderma Parah 
  • Aplikasi di lapangan dengan memberikan Mycogold 2 Kg per pohon dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
Pengendalian Hayati
Turner (1981) menyatakan bahwa Trichoderma sp., Pennicilium sp., dan Gliocladium sp. bersifat antagonis terhadap Ganoderma dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai agen pengendali hayati. Keefektifan Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam menekan pertumbuhan beberapa penyakit tanaman telah dilaporkan, terutama untuk patogen tular tanah. Trichoderma spp. telah banyak digunakan sebagai agen pengendali hayati untuk penyakit layu Fusarium oxysporum pada tomat, melon dan kapas. Selain itu juga digunakan untuk mengendalikan Rhizoctonia solani, Phytium ultimum, Sclerotium rolfsii, Verticillium dahlia, Altenaria, dan Armillaria mellea. Gliocladium sp. sebagai agen pengendali hayati telah digunakan untuk menekan pertumbuhan R. solani, Sclerotinia sclerotiorum, dan S. rolfsii (Campbell, 1989; Papavizas, 1992).


Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. diuji secara in-vitro dan in-vivo pada batang kelapa sawit untuk menekan pertumbuhan G. boninense. Kedua agen hayati memiliki potensi yang bagus dalam pengendalian G. boninense (Abadi, 1987; Dharmaputra 1989; Hadiwiyoni et al., 1997; Abdullah dan Ilias, 2004). Di Indonesia, kelapa sawit memiliki kadar oksigen yang rendah pada akar yang menyebabkan penggunaan Trichoderma menjadi kurang efektif (Widyastuti, 2006). Meskipun demikian, Soepena et al. (2000) berhasil memformulasikan fungisida hayati menggunakan Trichoderma koningii untuk mengendalikan BSR pada kelapa sawit. Akhir-akhir ini, Trichoderma telah digunakan untuk mengendalikan Ganoderma di lapangan walaupun hasilnya belum konsisten (Susanto et al., 2005).


Pengendalian Penyakit Terpadu
Sistem lubang dalam lubang (sistem menggali lubang di dalam lubang [panjang 3.0m x lebar 3.0m x dalam 0.8m] dengan lubang tanam standard [0.6m x 0.6m x 0.6m] didalamnya (Gambar 10)) ditambah aplikasi Trichoderma spp. sebagai agen pengendali hayati (400g per lubang) dan aplikasi tandan kosong (400kg per lubang per tahun) dapat digunakan sebagai tindakan pengendalian untuk mengurangi tingkat infeksi Ganoderma (Susanto, 2002). Hal ini dikarenakan sumber inokulum berupa akar sakit telah dipindahkan karena pada dasarnya akar tanaman kelapa sawit hanya tumbuh sampai kedalaman 80cm, dan sisa dari penyakit BSR pada lubang tanam akan dihancurkan oleh agen pengendali hayati Trichoderma spp. Sistem ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kontak akar. Bagaimanapun juga, sumber infeksi potensial masih dapat ditemukan dari tanaman hidup yang berupa jaringan akar, bonggol dan batang (Flood et al., 2000).

Penanaman ulang dengan sistem lubang dalam lubang bertujuan untuk meningkatkan hasil kelapa sawit di tanah mineral yang kurang nutrisi dan bercurah hujan rendah atau karena lahan tersebut telah terexploitasi. Martoyo et al. (1996) melaporkan bahwa penggunaan sistem ini mampu memberikan peningkatan produktivitas yang nyata.

Insiden penyakit BSR pada sistem lubang dalam lubang lebih rendah (Tabel 3) dibandingkan sistem tanam dengan lubang standard (0.73%, 2003; 0.73%, 2004; dan 1.37%, 2005) pada usia tanaman 10 tahun. Pada pengamatan tahun 2003, insiden penyakit BSR mencapai 0.29%. Pengamatan di tahun 2004 dan 2005 juga menunjukkan nilai yang sama dengan pengamatan di tahun 2003. Insiden penyakit mencapai 0.29% dan 0.86% berturut-turut (Susanto et al., 2006). Di lokasi penanaman lain juga menunjukkan hasil yang sama (Prasetyo et al., 2008).


Sumber referensi:
  • http://jacq-planter.blogspot.co.id/2014/09/penyakit-pada-tanaman-kelapa-sawit.html 
  • Image by: http://www.bumn.go.id/ptpn5/berita/15113

Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Lebih Irit dan Berhasil

Kali ini saya akan tulisan "curhatan" dari bapak Ijal Kuli Kebun yang menulis dalam blog probadi beliau.
Bagaimana cara beliau memupuk sawit dari dengan benar dari tahap pre nursery dan main nursery sehingga bisa dicapai hasil yang maksimal.
Silahkan baca tulisan beliau dibawah ini yang saya ambil dari blog pribadi beliau


Pada tahun 2007 saat  di kantor untuk menentukan langkah-langkah apa yang akan di lakukan untuk proses pembibitan kelapa sawit, tiba-tiba sang manager berkata:
"ini lebih irit hanya dua kali pemupukan selama 18 bulan di pembibitan yaitu 5 gram pupuk slowrelease NPK/majemuk pada pre nursersey dan 50 gram pupuk slowrelease NPK/majemuk pada main nursery". 
Mendengar perintah atasan saya kemudian saya berusaha memberikan sanggahan atau argumentasi yang berbeda
"Pak saya rasa ini tidak cocok pak secara agronomis untuk budidaya kelapa sawit  sewaktu tahun 2005 saya di pembibitan Jambi tidak begitu tata teknik atau SOP tidak begitu caranya apalagi yang saya pelajari melalui training tidak pernah begitu setahu saya pak untuk pre nursery saja di butuhkan pupuk urea dan NPK 15.15.6.4 dari minggu ke 4 sampai minggu ke 12 dengan perincian urea 3 kali dan pupuk majemuk 15.15.6.4 6 kali dengan selang waktu 1 minggu sekali dan untuk main nursery di butuhkan pupuk NPK 15.15.6.4 sebanyak 6 kali dan NPK 12.12.17.2 +Te sebanyak 7 kali dan pupuk kiesirit 3 kali dengan selang waktu 2 minggu sejak minggu ke 14 setelah tanam hingga 52 minggu jadi kalau dihitung semua kita memerlukan pemupukan 25 kali dengan berbagai jenis pupuk selama 18 bulan' jelas saya panjang lebar".
Namun dengan sikap yang 'otoriter' dan juga karena pertimbangan biaya berkatalah manager saya:
"Pokoknya ikuti cara saya ini telah saya diskusikan dan pimpinan tinggi kebun dan telah disetujui ini lebih irit, efisien dan efektif kita pakai cara ini karena saya telah mencobanya sebelum ke sini dan berhasil'.
Akhirnya cara yang telah diintruksikan oleh manager dilakukan walupun sebenarnya menurut saya cara di luar kebiasaan perkebunan kelapa sawit. Setelah di jalankan hasilnya ternyata memuaskan bisa di liahat pada gambar di atas sewaktu pre nursery dan gambar di bawah ini menunjukkan hasil yang sangat baik di main nursery.

Dilihat dari gambar diatas pertumbuhan vegetatifnya baik karena warnanya 'hijau gelap' dan dari hasil pengukuran pertumbuhan vegetatif sangat baik. Jadi kalau ingin mengirit biaya untuk melakukan pemupukan pada pembibitan cara ini bisa di gunakan karena hanya dengan memupuk NPK slowrelease 5 gram pada saat pre nursery dan 50 gram pada saat main nursery. dan ini hasil pemindahan di lapangan.



Foto hasil aplikasi bersama foto beliau.
Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Lebih Irit dan Berhasil

Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Lebih Irit dan Berhasil

semoga tulisan ini bermanfaat buat anda semua. Untuk informasi pupuk apa yan dipakai, silahkan kontak beliau dengan mengunjungi blog beliau yang sudah saya tulis diatas.

Penyakit Busuk Pucuk Daun Kelapa Sawit Yang Harus Diketahui.

Penyakit Busuk Pucuk Daun Kelapa Sawit Yang Harus Diketahui.
Serangan penyakit pucuk busuk (bud rot) haruslah diwaspadai pelaku sawit karena menyerang tanaman muda. Membuat pertumbuhan tanaman tidak sempurna.

Perusahaan perkebunan yang mengelola perkebunan sawit di Amerika Tengah dan Amerika Selatan dibuat cemas oleh serangan penyakit pucuk busuk , dikenal juga pucuk umbut atau bud rot. Pada 2012, penyakit ini muncul di daerah Amerika Selatan yang menyerang hampir 50 ribu hektare. Jauh sebelum itu, penyakit yang menyerang pucuk atau tunas bakal daun ini telah menyerang negara-negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Ekuador, Suriname, dan Kolombia pada awal 1990.

Dalam buku Bertanam Kelapa karangan Djoehana Setyamidjaja, menyebutkan penyakit pucuk busuk juga menyerang tanaman kelapa sebagai akibat serangan jamur Phytophthora palmivora, Erwinia sp., Bacillus sp.,gangguan fisiologis dan diduga akibat sambaran petir. Gejala serangan dapat terlihat dari pembusukan di bagian pucuk atau tunas bakal daun yang masih muda sebelum tumbuh ke luar. Setelah itu, pembusukan ini menjalar ke bagian lain yang sekitarnya. Dampaknya, pelepah akan mati dan layu. Di daun yang belum tua akan berakibat pangkalnya terserang dan membusuk lalu menjadi menguning.

Dalam tulisan Agung Winardi disebutkan pola penularan penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, pada umumnya media penyebaran berasal dari spora jamur yang dibawa angin dan serangga khususnya kumbang. Sifat penyakit ini menyerang secara sporadis.

Tanaman kelapa sawit yang berada di lahan basah mestilah waspada karena serangan lebih intens di daerah tersebut. Ada beberapa gejala penyakit bud rot antara lain janur berwarna pucat, condong dan akhirnya patah. Lalu sedikit demi sedikit daun bawah berwarna kuning suram, tidak mengkilat, dan menjadi coklat.
Serangan paling mengkhawatirkan berada di titik tumbuh disini apabila batang dilubangi akan keluar cairan berwarna kuning yang berbau busuk. Jika hal ini terjadi, dampak yang dirasakan tanaman sawit adalah batang tanaman menjadi kerdil, kurang berisi dan tumbuh tidak normal

Untuk pengendalian penyakit ini bisa dilakukan sejumlah opsi sebagaimana yang terdapat dalam beberapa referensi. Antara lain tanaman yang yang sudah terserang penyakit ini sebelum titik tumbuhnya busuk dapat dipotong seluruh jaringan yang sakit. Posisi jaringan ini berada agak di bawah bagian yang terinfeksi. Setelah itu dapat dioleskan fungisida sistemik binomil dengan dosis 5 gram per pohon. Cairan fungisida diberikan pada bagian yang telah dipotong untuk melindungi dari serangan mikroorganisme. Supaya hasil fungisida lebih optimal dapat ditambah dengan perekat perata AERO810, dosisnya 5 ml. Apabila gejala serangan sudah dirasakan cukup berat maka pohon harus segera dibongkar.

Guna mencegah penyakit ini, pelaku sawit disarankan rajin menjaga kebersihan tanaman sehingga media pembawanya tidak menempel. Selain itu, kegiatan pengawasan secara berkala dan teliti merupakan tindakan yang baik sebelum tanaman benar-benar terserang penyakit ini.

Panduan Cara Budidaya Kelapa Sawit dengan Teknologi Pikat NASA

Panduan Cara Budidaya Kelapa sawit dengan Teknologi Pikat NASA
 
Dalam usaha meningkatkan produksi kelapa sawit, Ekstensifikasi merupakan salah satu metode yang sering digunakan, akan tetapi dalam prosesnya memerlukan lahan yang lebih luas serta lebih banyak memerlukan tenaga kerja. Dari kendala yang ditemui dalam ekstensifikasi tersebut, maka metode Intensifikasi menjadi salah satu hal wajib dalam peningkatan produksi sawit.

Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit hadir untuk memenuhi solusi dalam proses intensifikasi produksi pada kelapa sawit. Teknologi PIKAT NASA (Pengelolaan Intensif Kesuburan Alami Terpadu NASA) dari PT Natural Nusantara ini mampu memenuhi semua kebutuhan tanah dan tanaman secara terpadu (lengkap) yaitu unsur hara makro dan mikro, hormon dan enzim pertumbuhan, asam-asam organik serta beberapa jenis mikroorganisme yang berguna bagi tanaman.

Teknologi PIKAT NASA Kelapa Sawit dapat membantu pembudidayaan kelapa sawit secara organik untuk memperoleh kestabilan produksi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Teknologi PIKAT NASA telah teruji secara:

  1. Multi Komoditi - Telah digunakan pada semua jenis tanaman budidaya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan), termasuk kelapa sawit
  2. Multi Lokasi - Telah digunakan di berbagai kondisi lahan (dataran rendah – dataran tinggi, lahan basah – lahan kering, lahan normal – lahan kritis) dan di berbagai wilayah (berbagai jenis tanah) di Indonesia
  3. Multi Waktu - telah digunakan sejak tahun 1996

Manfaat Teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit
  1. Mempercepat pertumbuhan kelapa sawit
  2. Meningkatkan hasil panen kelapa sawit. 
  3. Bobot / berat panen lebih tinggi
  4. Waktu panen lebih awal, masa panen puncak lebih lama
  5. Usia produksi lebih lama
  6. Meningkatkan kualitas hasil panen
  7. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
  8. Memperbaiki tanah yang rusak / mengembalikan kesuburan tanah
  9. Mengurangi penggunaan pupuk kimia
  10. Menguntungkan secara ekonomi. Bisa dipilih sesuai kondisi keuangan
Biaya produksi dengan prinsip PIKAT NASA dibandingkan sebelumnya:
A. Lebih Rendah ⇒ Hasil Panen Sama dengan Sebelumnya
B. Sama ⇒ Hasil Panen Lebih Tinggi dengan Sebelumnya
C. Lebih Tinggi ⇒ Hasil Panen Naik Optimal

Sebagai contoh: setiap aplikasi pupuk NPK dengan biaya 2 juta per hektar, maka:
Alternatif A: Biaya pupuk NPK 750.000 + Produk NASA 750.000 ⇒ Hasil Panen = sebelumnya
Alternatif B: Biaya pupuk NPK 1 juta + Produk NASA 1 Juta ⇒ Hasil panen naik 30-50 %
Alternatif C: Biaya pupuk NPK 1,5 juta + Produk NASA 1 juta ⇒ Hasil panen naik 70-200 %

Cara Penggunaan Produk NASA pada Kelapa Sawit
1. Pembibitan
Penyemprotan bibit: 3 tutup botol POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 2 minggu, atau

Penyiraman: 3 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /10 liter air, kemudian disiramkan 1 gelas Aqua untuk setiap polibag 2 minggu sekali

2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Umur 0-1 tahun

  • 0,5 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
  • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
Umur 1-2 tahun
  • 1 kg SUPERNASA untuk 25 batang tanaman setiap 6 bulan sekali
  • Semprot 3-5 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik /tangki / 1-2 bulan sekali
Umur 2-3 tahun
  • 3-6 kg SUPERNASA untuk 1 hektar / 6 bulan
3. Tanaman Menghasilkan (TM)
  • Pilihan Utama    = 3-6 kg POWER NUTRITION / hektar / 6 bulan sekali
  • Pilihan Standar   = 1,5-3 kg POWER NUTRITION + 1,5-3 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
  • Pilihan Minimal = 3-6 kg SUPERNASA / hektar / 6 bulan
Keterangan
  1. Penggunaan POWER NUTRITION dan SUPERNASA dapat dilakukan dengan dicampur bersama pupuk NPK atau tanah, pasir, abu untuk memudahkan aplikasi ke lahan. Dapat juga dengan cara diencerkan terlebih dahulu untuk disiramkan, dengan cara larutkan 200 – 400 gram (20 – 40 sendok makan) dalam 10 – 20 liter air, kemudian siramkan 1-2 liter larutan pupuk per 1 pohon
  2. Dosis pupuk makro / NPK / Kimia dapat dikurangi 25-50 % dari dosis kebiasaan setempat. Jika tidak dikurangi akan lebih baik
  3. POC NASA dan HORMONIK dapat diganti dengan Pupuk Organik Serbuk GREENSTAR dengan dosis 0,5 sachet (10 gr)/tangki semprot 10-20 liter
  4. SUPERNASA dapat diganti dengan SUPERNASA GRANULE (Dosis 50 gr/hektar)
  5. Untuk mengatasi serangan layu tanaman sawit karena jamur dapat digunakan produk Agens Hayati atau Pestisida alami Natural GLIO.
Itulah penjabaran singkat tentang panduan teknik budidaya dengan teknologi PIKAT NASA pada Kelapa Sawit dari PT Natural Nusantara dengan harapan bisa membantu meningkatkan produksi kelapa sawit.

Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit

Memilih dengan tepat tentang Kerapatan Tanam atau Stand per Hectare (SPH) adalah sebuah keputusan penting yang akan memberikan dampak jangka panjang, terutama yang berkaitan dengan produktifitas. Kebijakan tentang Kerapatan Tanam ini berada pada Pimpinan.


Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit
Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit

KERAPATAN TANAM YANG DIREKOMEDASIKAN

A. Lahan Datar hingga Bergelombang
         TERRAIN/JENIS TANAH                                         SPH
          a) Coastal Clay dan Alluvium                                      136
          b) Coastal Clay                                                             148
          c)  Podsolic                                                                  148
          d) Podsolic ada problem Ganoderma                         160
          d) Marginal inland dan Peat Soil                            148 – 160
          e) Marginal inland dan Peat Soil (Ganoderma)            160

B.        Lahan Berbukit
                                                      148 - 160

C.        Gambut                                                                        148

Jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh beberapa faktor
  1. jarak tanam yang digunakan,
  2. model jarak tanam yang digunakan.
Misalnya pada penanaman kelapa sawit dengan jarak tanam 9 x 9 meter, akan memiliki jumlah populasi tanaman yang berbeda bila model jarak tanam yang digunakan berbeda (segitiga sama sisi atau persegi empat).

Model Tanam Segitiga Sama Sisi :
Bila tanaman Kelapa Sawit ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter dengan model tanam segitiga sama sisi. Maka populasi tanaman per hektar (10.000 m2) dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit
  1. Gambar segitiga sama sisi, dengan panjang masing-masing sisi = 9 m (ABC)
  2. Tarik garis lurus ke bawah dari sudut B tepat ditengah-tengah panjang sisi AC
  3. Hitung tinggi segitiga ABC (atau panjang BE) dengan rumus phytagoras AB2 = AE2 + BE2
  4. Hitung luas segitiga ABE dengan rumus = (1/2 x AE x BE)
  5. Hitung luas jajaran genjang (ABDC) = 4 x luas ABE
  6. Populasi tanaman kelapa sawit = (10.000 m2) / (luas jajaran genjang ABDC)
Hasil perhitungan :

Luas segitiga ABE = (1/2 x 4,5 m x 7,79 m) = 17,54 m2
Luas Jajaran genjang ABDC = 4 x 17,54 m2 = 70,15 m2
Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar = (10.000 m2) / (70,15 m2) = 143 tanaman

Dimana :
    a : Jarak tanam
    b : Jarak antar baris yang akan dicari

Rumus :
Perhitungan :
    Luas Areal         : 1 Ha
    Jarak Tanam       : 9m x 9m X 9m

1. MENENTUKAN JARAK TANAM
Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis tanamannya. Intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah satu yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung pertumbuhannya akan meninggi (etiolasi), habitusnya rendah dan lemah. Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang.

Populasi per hektar yang terlalu padat lama kelamaan produksinya akan menurun, karena selain kompetisi dalam pengambilan unsur hara juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga intensitas dan kualitas sinar matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi luasan asimilasi (fotosintesis).
Dengan demikian maka pengaturan jarak tanam amatlah penting. Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per hektar = 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yang optimum, namun ternyata dari hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8 tahun pelepah sudah mulai over laping dan pengaruh terhadap perkembangan produksi.
Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit
Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan kuantitas sinar matahari maka diperlukan jarak tanam dan arah barisan tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.

2. RUMUS MENCARI POPULASI/HA.

Untuk mencari populasi/ha digunakan rumus sebagai berikut :
Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit

Populasi/ha = 10.000 m2 : (a x 1/2 av3)

Keterangan :
a = jarak tanam
Cara Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit



 Sumber: http://jacq-planter.blogspot.co.id/2014/09/menentukan-jarak-dan-kerapatan-tanam.html